Polygon Sepeda Gunung Buatan Indonesia Kulaitas Tak Kalah Dengan Buatan Asing
Di tengah usaha merambah pasar internasional, Insera Sena yang memiliki produk sepeda bermerek Polygon juga fokus menggarap pasar lokal. Tantangan utamanya adalah menyakinkan masyarakat Indonesia bahwa produk sepeda buatan lokal tidak kalah dengan produk terkenal dunia.
"Tantangan utama kita di Indonesia adalah merek. Bagaimana bisa meyakinkan orang Indonesia, kita lebih baik dari produk sepeda luar negeri. Kita berani bersaing dengan produk luar negeri, produk ternama dunia," kata CEO PT Insera Sena Soejanto Widjaja saat gala diner di Hotel Ambarukmo Yogyakarta, Selasa (21/10/2014) malam.
Hadir dalam acara tersebut para pimpinan Insera Sena lain diantaranya Direktur Marketing Ronny Liyanto, GM Publik Relation and Communications Peter Mulyadi, Manager Produk Harry Rusli, dan ratusan orang perwakilan rekanan dari dalam dan luar negeri.
Soejanto mengatakan, berdasarkan pengalaman pihaknya saat merambah pasar internasional, konsumen luar negeri lebih melihat kualitas ketimbang merek ketika memilih sepeda.
Setidaknya, Insera Sena sudah mengekspor sepeda pesanan merek luar negeri ke 62 negara. Adapun merek Polygon telah diekspor ke negara tetangga seperti Singapura sejak 1997 dan Malaysia pada 2000.
Jaringan distribusi terus dikembangkan ke negara Thailand, Korea, Australia, Filipina, Jepang, Swiss, Kroasia. Bahkan, Polygon juga tengah berkonsentrasi pada pasar eropa. Setidaknya sudah 50 toko di Jerman dan Prancis yang menjual Polygon. Di Asia Tenggara, sudah ada 48 toko yang menjual Polygon dan 30 dealer resmi.
"Saya kok sering merasa orang Indonesia dianggap tidak mampu. Kita orang Indonesia harus mampu bersaing, lebih baik dari negara maju," kata Soejanto sambil merinci prestasi tim Polygon dalam ajang balap sepeda internasional.
Setelah 25 tahun bergulat dengan industri sepeda, Soejanto merasa perkembangan sepeda semakin kompleks. Sejak berdiri pada 1989, Insera Sena setidaknya sudah melakukan tiga kali perubahan proses produksi untuk mengikuti perkembangan sepeda dunia.
"Ternyata semakin saya belajar sepeda, semakin jauh yang belum saya pelajari. Perkembangan sepeda jauh lebih kompleks. Kita harus sama-sama belajar. Kita tidak bisa bekerja dengan sistem yang lama, kita dituntut lebih cepat lagi," katanya.
Harry Rusli berpendapat senada bahwa konsumen Indonesia masih melihat merek ketimbang kualitas.
"Ayo kita sama-sama menaikkan buatan Indonesia. Polygon direspons bagus di luar negeri karena mereka melihat kualitas. Kita tidak beda dengan merek-merek yang lebih tua," ucapnya.
Sumber ; http://bisniskeuangan.kompas.com/
www.babahbike.com