SIAPA BILANG PRODUK INDONESIA tidak bisa bersaing di dunia internasional? PT PAL Indonesia, salah satu badan usaha milik negara (BUMN), berhasil memproduksi kapal berkelas internasional. Produk yang dihasilkan pun laris bukan main. Salah satu yang kemudian menjadi merek dagang cukup populer di dunia ialah kapal kargo Star 50. Kapal berjenis box shape bulk carrier (double hull) 50.000 dead weight tonnage (DWT) produksi PT PAL Indonesia itu menjadi produk unggulan yang disukai para pembeli dari mancanegara.
Kapal kargo Star 50 tercipta karena permintaan pasar, terutama dari luar negeri, cukup tinggi. PT PAL Indonesia bisa memenuhi kriteria yang diinginkan pasar, yakni kapal kargo dengan tingkat konsumsi bahan bakar yang efisien, tingkat keamanan yang tinggi, harga yang bersaing, tepat waktu, dan yang pasti berkualitas tinggi.
Dari sisi desain, PT PAL Indonesia sudah memiliki pengalaman dalam membuat desain kapal kargo mulai dari kapal box shape bulk carries 42.000 DWT dan 45.000 DWT. Setelah sukses dengan jenis tersebut, para desainer kapal PT PAL Indonesia meningkatkan kapasitas kapal menjadi 50.000 DWT. Menurut Direktur Produksi PT PAL Indonesia Edy Widarto, kapal kargo 50.000 DWT ini punya kekhususan yakni dalam konsep desain yang menarik menyangkut basic, key plan, yard plan, dan production drawing. Procurement dan produksi pun dilaksanakan di PT PAL Indonesia yang berlokasi di Ujung Perak Surabaya, Jawa Timur.
“Star 50 tipe box shape bulk carrier ini handy size atau tidak besar juga tidak kecil, dan merupakan kapal kargo terbesar yang pernah didesain dan dibangun di Indonesia, juga diekspor ke Eropa serta Asia.”
Pada umumnya para pembeli kapal mengakui bahwa kapal kargo tersebut lebih efisien dalam pemakaian bahan bakar, lebih cepat, dan mudah dalam proses loading dan unloading jika dibandingkan dengan kapal konvensional.
Kecepatannya mencapai 14.50 knots. Lebar kapal kargo ini juga relatif kecil yakni 31,5 meter. Adapun ukuran lebar rata-rata kapal open hatch bulk carrier 50.000 DWT produk lain ialah 32 meter. Dengan demikian kapal masih bisa dibangun di fasilitas graving dock PT PAL yang memiliki lebar terbatas yakni 32 meter.
Star 50 memiliki ukuran atau bentuk lines plan dengan tahanan yang kecil. Hal itu berdampak pada pemakaian bahan bakar untuk menggerakkan mesin menjadi lebih hemat yakni 33 ton per hari. Sementara produk sejenis yang dibangun kompetitor Oshima Shipyard membutuhkan bahan bakar lebih banyak. “Selisihnya untuk bahan bakar, kapal kargo buatan PT PAL bisa lebih efisien 7,4% jika dibandingkan dengan kapal kompetitor,” terang Edy.
Keunggulan lainnya ialah dalam hal ketepatan waktu. Untuk soal yang satu ini kapal produksi PT PAL dijamin sangat akurat. Seperti diketahui, apabila perjalanan kapal sangat lambat, itu bisa merugikan pemilik kapal. Kapal bisa boros bahan bakar dan pemilik kapal bisa didenda atau terkena penalti karena tidak tiba di tempat tujuan tepat waktu.
Kapal Star 50 juga bisa mengangkut kayu, kontainer, dan curah (bahan pangan atau bahan tambang). Rute kapal juga sangat menentukan. Untuk itu, kapal yang dipesan oleh setiap negara akan memiliki spesifikasi berbeda-beda karena tergantung rute yang dilalui. “Rute yang dilalui kapal berbeda-beda. Dalam pembuatan kapal wajib diketahui rutenya ke mana, dan setiap negara punya aturan berbeda-beda sehingga saat kapal berada di negara yang dilalui tidak akan terkena masalah,” papar Edy.
Dalam proses pembuatan kapal, tim dari PT PAL harus melakukan riset lapangan menyangkut beberapa aspek tersebut. “Setelah datanya terkumpul barulah membuat kapal sesuai riset tersebut.” Cat dan besi yang digunakan pun harus tahan karat dan tahan garam. Karena itu, uji antikarat dan antigaram wajib dilakukan. Beberapa negara yang telah membeli kapal kargo Star 50 buatan PT PAL ialah Hong Kong (4 unit), Jerman (2 unit), Turki (2 unit), dan Singapura (1 unit). Dan, yang paling membanggakan, dunia internasional mengakui kapal buatan PT PAL ini sebagai salah satu kapal terbaik di dunia.
Sejarah kapal kargo Lahirnya kapal kargo buatan PT PAL Indonesia tidak lepas dari sejarah terciptanya kapal kargo Caraka Jaya era 80-an, yang merupakan bagian dari program Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie. Kapal Caraka Jaya dengan bobot mati 3.500 DWT merupakan karya pertama putra-putri Indonesia yang belajar membuat kapal di Mitsui Jepang.
Di Mitsui Jepang itulah anak-anak Indonesia belajar mendesain kapal kargo secara umum. Dalam perkembangannya, terciptalah kapal Caraka Jaya I, II, dan III. Menurut Marx Jefferson, desainer kapal PT PAL Indonesia, kapal Caraka Jaya III dibagi menjadi fase satu, dua, dan tiga. Dari mulai desain kapal kargo murni hingga menjadi semikontainer. “Jadi, ada modifikasi dengan bodi dibesarkan agar punya daya muat lebih. Kapal-kapal kontainer sedang disukai saat itu,” terangnya. Dari situlah desain kapal kargo mulai disesuaikan dengan permintaan pasar. Tingginya permintaan pasar membuat PT PAL kewalahan sekaligus bangga karena mendapat kepercayaan dari dunia internasional.
Kapal kargo Star 50 ini juga sesuai dengan kondisi perairan di Indonesia. “Kapal semacam ini akan menghidupkan transportasi antarpulau. Di Indonesia sangat dibutuhkan karena banyak pulau. Penghubungnya adalah lautan,” timpal Edy. Bila seluruh dok kapal di PT PAL Indonesia penuh, selain mengerahkan tenaga di dalam, juga terkadang meminta bantuan subkontraktor. Adapun sumber daya manusia di PT PAL Indonesia sebanyak 83 orang.
Mengenai harga, kapal milik PT PAL cukup kompetitif di pasaran internasional. Namun, sistem harga kapal di dunia internasional mirip penjualan saham. Ada kalanya naik atau turun. Untuk kapal kargo Star 50 ini pernah mencapai harga tertinggi US$48 juta, tapi pernah pula hanya terjual US$18 juta. Di balik kegemilangan PT PAL dalam menjual produk berskala internasionalnya, masih ada kendala di dalam negeri. Terutama menyangkut ketiadaan regulasi tentang pembelian kapal bekas. Pemerintah selama ini belum mebuat aturan mengenai hal itu.
Sesuai peraturan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, kapal yang berlayar di wilayah perairan Nusantara harus berbendera Indonesia. Atau dengan kata lain harus produksi Indonesia. Sayangnya kapal bekas dari luar negeri yang banyak dibeli konsumen dikhawatirkan bisa mengganggu pertumbuhan industri kapal dalam negeri. “Pemerintah harus memproteksi industri perkapalan di Indonesia apabila ingin maju,” tegas Edy. PT PAL Indonesia (Persero) awalnya merupakan sebuah galangan kapal bernama Marina yang dibangun Belanda pada 1939. Pada masa pendudukan Jepang, perusahaan ini beralih menjadi Kaigun SE 2124. Saat kemerdekaan, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi perusahaan dan namanya menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL). Tepatnya pada 15 April 1980, pemerintah mengubah status PAL dari perusahaan umum menjadi perseroan terbatas.
Selain membuat kapal kargo, PT PAL juga membuat kapal tanker, kapal penumpang, kapal patroli, kapal perusak, hingga kapal perang. Dalam waktu dekat PT PAL Indonesia akan membuat kapal selam. Konon pembuatan kapal selam ini sangat rumit dan membutuhkan riset cukup lama.